Ads 970x90
View AllPeristiwa 1965
Ads In-Feed
Petrus
Tj Priok
Postingan Terbaru
Minggu, 04 April 2021
Rabu, 31 Maret 2021
Sajak Orang Kepanasan
oleh WS Rendra (dibacakan pada 15 Mei 1998 didepan pimpinan DPR)
Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kita bukan sekutu
Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu
Karena kami terlantar di jalan
dan kamu memiliki semua keteduhan ...
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar ...
maka kami tidak menyukaimu
Karena kami dibungkam
dan kamu nerocos bicara ...
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan ...
maka kami bilang TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana ...
Karena kami cuma bersandal
dan kamu bebas memakai senapan ...
Karena kami harus sopan
dan kamu punya senjata ...
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu.
Uang Lebih Penting
Seorang anggota ABRI berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan yang gelap dan sepi oleh dua pria berpistol.
“Saya tidak main-main,” kata salah satu pria sambil mengancam.
“Serahkan uangmu, atau otakmu kubuat berhamburan.”
“Silakan tembak dan buat otak saya berhamburan,” sambut si kopral.
“Sebagai anggota ABRI saya tak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup.”
Salah Pilih
Bersama sejumlah perwira asal Indonesia Syarwan dapat kesempatan berkunjung ke Amsterdam. Ditemani seorang perwira Belanda, Syarwan mengunjungı kawasan lampu merah yang paling terkenal seantero dunia itu.
Rupanya Syarwan tergiur melihat kemolekan tubuh perempuan bule yang disebut sebagai “kuda putih” yang mejeng di kawasan itu. “Yah, kapan aku bisa ....merasakan dekapan mereka,” pikirnya.
Di pinggiran jalan, di antara tumpukan sampah tiba-tiba Syarwan melilhat sebuah lentera tembaga. Dia merunduk dan memungutnya. Ternyata benda itu adalah sebuah lentera ajaib. Saat Syarwan menggosok keluarlah jin.
“Syarwan, kau boleh mengajukan dua permintaan. Aku janji akan mengabulkannya,” ujar jin.
“Pertama,” ucap Syarwan, “Aku ingin berkulit putih, bertubuh padat dan tak usah lagi jadi perhatian orang seperti di sini. Kedua, aku ingin selalu lıidup dalam dekapan badan yang paling rahasia dari seorang perempuan, yang tentunya hangat dan nyaman.”
Hanya dalam sekejap, Syarwan pun berubah menjadi sebuah tampon.
Alangkah Bedanya
Si Gendut yang suka mabok bergumam mengenai negerinya. “Alangkah harmonisnya hubungan Clinton dengan rakyatnya. Baru saja ia mengatakan bahwa Amerika sedang berada dalam keadaan ekonomi yang buruk, rakyat Amerika segera saja percaya. Sedangkan di negeri saya, saat Soeharto mengatakan kepada rakyat bahwa Indonesia setelah krisis moneter ini akan segera mengalami kemajuan, tak seorang rakyat pun yang percaya.”