Jumat, 26 Maret 2021

Awas Lubang Buaya


 

    Cerita ini teriadi ketika Marcos masih berkuasa di Filipina dan Ibu Tien masih hidup. Suatu kali Imelda harus mewakili suaminya mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Pemerintah Indonesia betul-betul mempersiapkan penyambutan serius terhadap ibu negara yang terkenal kecantikannya itu.


    Soeharto dan Tien turut menjemput Imelda di Bandara. Ketika pesawat pesawat militer Filipina yang membawa Imelda beserta rombongan mendarat keluarlah seorang perempuan dengan rok menyala warna merah. Ia turun dengan langkah anggunnya yang langsung menerima kalungan bunga dari Soeharto.


    Pak Harto sendiri terkagum-kagum melihat kecantikan Imelda yang meski telah cukup berumur tapi kulitnya yang putih masih tampak kencang.


    Ketika sampai di Wisma Negara, rupanya Soeharto tak lagi bisa menyembunyikan rasa kagumnya.

     “Anda betul-betul cantik sekali.”

    “Ah, Anda juga tampan kok,” ujar Imelda yang mengundang kecemburuan Ibu Tien.


    Rupanya bincang-bincang yang dilakukan secara khusus itu kian menjurus. Soeharto lantas bilang dengan nada berbisik, “Saya mau terus terang ya. Begini saya secara khusus sebetulnya telah menyediakan Monumen Nasional Monas yang telah berdiri tegak dengan gagahnya khusus untuk Anda.”


    Imelda sambil tersenyum-senyum rupanya tak mau kalah. “Ah ya. Omong-omong saya juga telah mempersiapkan rumput Manila yang secara khusus didatangkan dari Filipina.”


    Rupanya Bu Tien yang berada di dekat Soeharto mendengar jawaban Imelda atas ucapan suaminya itu. “O-ala, Pak! Lha kok Anda cari rumput dari Manila segala. Di sini kan sudah ada keong emas,” ucap Bu Tien sambil menunjuk bagian tubuh yang dimaksudkannya.


    Dan ketika rayuan antara Soeharto dan Imelda kian menjurus, Bu Tien jadi tak sabar lagi. “Awas lho, Pak! Saya ingatkan bahwa di situ juga ada Lubang Buaya yang pernah menelan nyawa tujuh Pahlawan Revolusi,” ujar Bu Tien sambil kembali menunjuk sebuah bagian tubuhnya yang kontan bikin wajah Pak Harto jadi pucat pasi.


Soeharto.org digagas untuk merawat ingatan dan menolak lupa terhadap kebiadaban Orde Baru.